Bologna berhasil mengalahkan Roma yang diasuh oleh mentor Thiago Motta, Jose Mourinho dengan skor 2-0 di Stadion Renato Dall’Ara. Gol Moro dan gol bunuh diri Kristensen membuat Bologna meraih tiga poin dan tetap kukuh di posisi keempat klasemen dengan 28 poin.
Thiago Motta, pelatih Bologna, memberikan pujian besar atas kinerja timnya pasca pertandingan, menyebut performa yang solid dan ketidakberlanjutan untuk lawan.
Motta kemudian menyoroti performa apik timnya di kandang, mengakui bahwa semangat untuk tumbuh dan berkembang telah mendorong mereka sejak hari pertama. Mengalahkan tim sekelas Roma memberikan kepuasan tersendiri bagi Motta.
Dia juga memberikan penghormatan kepada Sinisa Mihajlovic yang meninggal setahun yang lalu, menyatakan bahwa kemenangan ini untuk sang legenda yang pasti memandu mereka dari tempat yang lebih tinggi.
Pelatih tersebut kemudian kembali memuji anak asuhannya, terutama Joshua Zirkzee, yang dianggapnya sebagai salah satu yang terbaik di lapangan dan terus berkembang.
Motta menjelaskan bahwa atmosfer positif dan profesionalisme besar terlihat tidak hanya dalam pertandingan, tetapi juga dalam latihan sehari-hari. Tentang tujuan Bologna, Motta menyatakan bahwa para penggemar berhak bermimpi, sementara mereka fokus untuk terus berlatih.
Bologna, salah satu kejutan dalam kompetisi, bermain dengan baik dan berada dalam persaingan untuk meraih posisi di zona Eropa. Motta memilih pendekatan konstruktif dari belakang untuk mencari kedalaman. Keberhasilan ini juga menjadi hasil dari kerja sama antara direktur olahraga Giovanni Sartori dan Motta, yang berhasil membangun model permainan yang progresif.
Di bawah kepemimpinan Motta, Bologna menjadi tim yang mengutamakan penguasaan bola, memanfaatkan kepemilikan bola untuk menjaga keseimbangan dalam pertandingan. Identitas serangan Bologna terlihat jelas, dengan pendekatan konstruktif dari belakang untuk menarik tekanan lawan sebelum mencari peluang. Ini terlihat dari data Opta sebelum pertandingan melawan Lazio, di mana Bologna menjadi salah satu tim teratas untuk waktu rata-rata per serangan (11,78 detik) dan jumlah umpan per serangan (4,21). Motta ingin pemainnya melakukan konstruksi yang terorganisir untuk menarik tekanan lawan sebelum mencari kesempatan untuk menyerang.
Pentingnya tim atas individu terbukti dengan perginya Mirko Arnautovic, yang tidak lagi menjadi pemain kunci di bawah Motta. Ini membuka peluang bagi pemain seperti Joshua Zirkzee untuk menunjukkan kualitasnya. Meskipun Zirkzee tampil luar biasa, Bologna tidak lagi bergantung pada satu pemain. Pemain seperti Michel Aebischer, Lewis Ferguson, Sam Beukema, Stefan Posch, dan Riccardo Orsolini juga tampil gemilang, menunjukkan kerja keras Motta dan staf pencari bakat Bologna.
Selain itu, Bologna juga menjadi tim yang ingin menentukan taktik tanpa bola, menunjukkan keaktifan dalam fase tanpa bola. Semua elemen ini menciptakan landasan bagi Bologna untuk bersaing di papan atas dan membuat Thiago Motta menjadi pelatih yang mungkin akan dilihat di panggung besar Italia atau Eropa pada musim mendatang.
test description Youtube livestream Facebook livestream test image
Pelatih Tim Nasional Indonesia U-19, Indra Sjafri, telah mengumumkan 23 pemain yang dibawa untuk berlaga…
Setelah memenangi Race 2 WorldSBK Inggris 2024 di Sirkuit Donington Park pada Minggu, 14 Juli…
Jacksen F Tiago adalah salah satu pelatih terbaik di sepak bola Indonesia. Pelatih asal Brasil…
Tim Nasional Indonesia U-19 akan berlaga di Piala AFF U-19 2024 atau 2024 ASEAN U-19…
Kabar buruk diterima Barcelona setelah Ronald Araujo mengalami cedera ketika membela Uruguay di Copa America…